Kamis, 23 Desember 2010

“Rumah Hujan” Sebuah Kajian Struktural.


Hasil Analisis
Analisis struktur cerpen dilakukan dengan cara menjelaskan struktur naratif cerpen yang meliputi: tema cerita, penokohan, alur cerita, latar (setting), sudut penceritaan ,dan gaya cerita.
  1. Tema cerita
Tema cerita ini adalah tentang kerinduan seorang anak yang bernama Narpati yang ditinggalkan ayah kemudian ibunya untuk mencari nafkah karena kesulitan hidup pada musim kemarau yang begitu panjang. Pertama, ayahnya pergi untuk mencari kayu untuk mebel dan kursi pesanan. Setelah lima bulan ayahnya belum kembali sehingga ibunya menyusul. Sampai Narpati berusia 9 tahun, ayahnya belum juga kembali. Selama itu ia diasuh oleh Budenya yang bernama Bude Kanti. Sebelumnya Narpati memiliki banyak teman yang sering datang kerumah Budenya yang dia beri nama rumah hujan. Tetapi sejak Wulan bermimpi aneh dibawah pohon dekat rumah hujan ia dan teman temannya dilarang bermain dengan Narpati karena menganggap Bude Narpati menganut ilmu hitam sehingga terpaksa Narpati dan Bude meninggalkan rumah tersebut dan masyarakat datang membakarnya.
  1. Penokohan
Tokoh Narpati, Ibu dan Bude adalah tokoh sentral dalam cerpen ini. Hal itu disebabkan persoalan yang berkaitan dengan ketiga tokoh  dalam cerpen tersebut sangat menonjol. Tokoh utama (Narpati) dalam cerpen ini digambarkan sebagai seorang anak yang berusia 5 tahun. Ia begitu rindu dengan ayahnya dan juga ibunya yang pergi menyusul mencari ayahnya namun tak pernah kembali. Selanjutnya ia tinggal bersama Bude, dirumah Budenya ia punya banyak teman. Namun ia mesti kehilangan teman temannya sejak mimpi aneh Wulan yang akhirnya oleh orang tuanya dilarang bermain dengan Narpati. Hingga Narpati meninggalkan rumah hujan karena terpaksa, ia pun tak pernah mengerti, yang ia tahu hanyalah kerinduan untuk bertemu dengan ayah ibunya.    
Tokoh utama yang lain adalah Ibu yang mempunyai sifat penyayang dan bertanggungjawab kepada anaknya Narpati. Hal itu ditunjukkan ketika dia mengurusi anaknya di pagi hari dengan membilas mukanya. Ia juga tak tega melihat Narpati terus menerus merindukan ayahnya hingga ia memutuskan untuk pergi mencarinya meski sampai akhir cerita ia tak pernah kembali.
Tokoh utama yang lain juga adalah Bude yang memiliki sifat penyayang kepada Narpati dan juga ia memiliki sifat misterius serta memiliki hubunga dengan alam lain. Hal ini terlihat ketika suatu malam Narpati terbangun pada suatu malam dan melihat Budenya dengan rambut terurai dihalaman rumah sambil komat kamit mengucapkan sesuatu kemudian muncul sinar didepannya.
Tokoh pendukung Ayah mempunyai sifat penyayang dan tanggungjawab kepada keluarganya sehingga ia rela pergi jauh untuk mencari nafkah meski ia tak pernah kembali. Tokoh pendukung lain adalah lima anak kecil, rusdi dan wulan digambarkan sebagai teman teman bermain Narpati meski pada akhirnya harus berpisah karena mimpi aneh yang dialami Wulan.
Tokoh pendukung lain dalam cerita ini adalah masyarakat desa yang digambarkan mengambil main hakim sendiri terhadap Bude Kanti berdasarkan mimpi aneh yang dialami Wulan dan munculnya dua sinar di rumah hujan. Akhirnya mereka membakar rumah tersebut, namun Bude Kanti dan Narpati selamat karena mereka lebih dulu meninggalkan rumah tersebut dan membawa barang barang berharga mereka.
  1. Alur cerita
Alur yang digunakan untuk mengisahkan Cerpen ”Rumah Hujan” ini adalah alur lurus. Cerita dimulai ketika Narpati berusia 5 tahun sejak ditinggalkan ayahnya, lantas ibunya juga menyusul mencari ayahnya sehingga ia tinggal bersama budenya. Hingga berumur 9 tahun ayah dan ibunya tak pernah kembali sampai ia dan budenya terusir dari kampung.
  1. Latar cerita
Secara fisik cerpen ini terjadi di sebuah rumah yang diberi nama rumah hujan, dibawah pohon besar dihalaman rumah,latar perjalanan dan bukit. Latar rumah tergambar ketika ibu membangunkan Narpati dipagi hari. Latar dibawah pohon besar ditunjukkan ketika Wulan bermimpi aneh dibawah pohon itu. Latar perjalanan dan bukit digambarkan ketika Narpati dan Bude sudah meninggalkan rumahnyadan dibukit itu ia menoleh ke arah rumah mereka yang dibakar oleh warga.
Secara sosial cerpen ini terjadi pada sebuah keluarga disebuh desa yang tengah dilanda kemarau berkepanjangan. Cerita selanjutnya kemudian berkisah tentang bude yang dianggap menganut ilmu hitam sehingga rumahnya dibakar dan terusir dari kampungnya namun tokoh utama dalam cerpen ini pun tak mengerti dengan kejadian ini karena yang dipikirkan hanyalah ayah dan ibunya yang selalu dirindukannya.
  1. Sudut cerita
Melalui sudut orang kedua yang bernama Narpati, pengarang menyampaikan kisahnya. Pengambilan sudut orang pertama ini menimbulkan efek empati pada pembaca untuk terlibat dalam cerita. Hal ini dimungkinkan karena dengan sudut penceritaan seolah olah pengarang sedang menceritakan pengalaman yang dialaminya kepada pembaca. Menurut Soemardjo dan Saini (dalam Sunarto: 2000:331) , sudut penceritaan demikian cocok untuk cerita mengenai problematika kejiwaan seseorang.
Melalui tokoh aku, pengarang hendak menunjukkan arti kehadiran orang tua bagi seorang anak. Meski apapun yang terjadi dalam kehidupannya, yang ia ingat hanyalah kedua orangtuanya dan mengabaikan konflik konflik sosial dalam lingkungannya.
  1. Gaya cerita.
Upaya untuk menyampaikan pesan bahwa kebersamaan orang tua dalam kehidupan seorang anak sangatlah berarti dijadikan pengarang sebagai kekuatan dalam membangun cerpen tersebut. Dengan gaya bercerita yang sarat dengan penerjemahan makna, cerpen ini mengajak kita untuk berfikir mengenai kehidupan dan kondisi psikologi seorang anak. Jelasnya cerpen ini menunjukkan kepada para orangtua agar jangan pernah meninggalkan anaknya karena hal itu sangat berat bagi seorang anak apalagi yang masih berusia dibawah 10 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar